Pesan yang terkandung dalam lagu
kebangsaan Indonesia Raya terdapat satu diktum kalimat yang berbunyi “Hiduplah
Indonesia Raya”. Negara kita Indonesia Raya, hidup dan akan terus hidup serta
tegak berdiri di atas dasar: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Memahami substansi nilai-nilai dasar negara
adalah menjadi hak dan kewajiban setiap warga negara. Tatkala memahami
Ketuhanan sebagai pandangan hidup ini maknanya: mewujudkan masyarakat yang
berketuhanan, yakni masyarakat yang anggotanya dijiwai oleh semangat mencapai
ridlo Tuhan/Mardlatillah, melalui perbuatan-perbuatan baik bagi sesama manusia
dan kepada seluruh makhluk.
Karenanya, membangun Indonesia berdasar Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun
semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang
dilakukannya. Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang
Maha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya
untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Dari dasar Ketuhanan Yang Maha Esa ini pula menyatakan bahwa suatu keharusan
bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan,
dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sejarah adalah wujud pengalaman manusia untuk
berperadaban dan berkebudayaan, karenanya, peradaban, politik, dan kebudayaan
adalah bagian dari pada kehidupan manusia. Kemanusiaan, sangat erat hubungannya
dengan ketuhanan. Ajaran Ilahi menjadi tidak dapat diimplementasikan jika tidak
wujud sikap kemanusiaan yang hakiki. Struktur pemerintahan tidak sepenting
semangat perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab yang jauh dari pada
pendendam dan egoistik / ananiyah.
Demokrasi yang paling menyeluruh sekalipun akan
membawa sengsara, jika rakyat tidak memiliki sikap kemanusiaan yang adil dan
beradab / jujur, apapun sistem pemerintahan yang ditempuh, tanpa semangat
kemanusiaan yang adil dan beradab sengsara jua ujungnya. Kemanusiaan yang adil
dan beradab memerlukan kesetiaan pada diri ketika menjalani kehidupan,
kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sebuah semangat dan kegigihan mengajak
masyarakat agar kembali ke pangkal jalan dan membangun kembali revolusi bathin
masing-masing, mendisiplinkan diri dengan baik, untuk menemukan kendali dan
penguasaan diri.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu
kemampuan untuk menyeimbangkan antar-kemakmuran lahiriyah dengan kehidupan
ruhaniyah. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah semangat mempersiapkan
generasi penerus yang mampu melihat lebih dari kepentingan diri sendiri serta
memiliki perspektif yang jelas untuk kemajuan masyarakatnya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah
pembentukan suatu kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan sebab
setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna, yakni manusia
yang berperadaban. Manusia yang berperadaban tentunya lebih mudah menerima
kebenaran dengan tulus, dan lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola
kehidupan masyarakat yang teratur, yang mengenal hukum. Hidup dengan hukum dan
peraturan adalah ciri masyarakat berperadaban dan berkebudayaan.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah semangat
membangun pandangan tentang kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk
mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih. Kemanusiaan yang adil dan beradab
menimbulkan semangat universal yang mewujudkan sikap bahwa semua bangsa dapat
dan harus hidup dalam harmoni penuh toleransi dan damai.
Kemanusiaan yang adil dan beradab akan mengantar
kehidupan menjadi bermakna, karena dicapai dengan berbakti tanpa mementingkan
diri sendiri demi kebaikan bersama. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
suatu sikap revitalisasi diri, untuk memupuk dinamisme kreatif kehidupan, yang
mengantarkan seseorang menjadi selalu dinamis, selalu peka pada gerak perubahan
dan pembaharuan.
Revitalisasi diri sebagai buah kemanusiaan yang
adil dan beradab, tidak terbatas bagi pemeluk agama tertentu siapapun dengan
agama apapun dapat melakukannya. Semakin teguh seseorang menempuh kemanusiaan
yang adil dan beradab, semakin rendah hati, dan semakin teguh keyakinannya
semakin murah hati pula. Dalam hal ini, misi tulen agama adalah untuk memupuk
pembentukan sifat dan menggalakkan usaha menguasai diri, yakni toleran dan
damai.
Persatuan Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas
beberapa bagian yang telah bersatu. Persatuan Indonesia adalah suatu landasan
hidup bangsa atau sistem, yang selalu mementingkan silaturahim, kesetiakawanan,
kesetiaan, dan keberanian.
Kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi
ini bukan untuk bersengketa. Indonesia wujud dan hidup untuk mewujudkan kasih
sayang sesama bangsa maupun antarbangsa. Persatuan Indonesia, bukan sebuah
sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk
melihat diri sendiri secara lebih objektif dengan dunia luar. Suatu upaya untuk
mengimbangi kepentingan diri dengan kepentingan bangsa lain, atau dalam tataran
yang lebih mendalam antara individu bangsa dan alam sejagad, yang merupakan
suatu ciri yang diinginkan sebagai warga dunia.
Dalam jangka panjang, prinsip persatuan Indonesia
harus menjadi asas ruhaniah suatu peraturan-peraturan dan struktur membangun
satu orde antarbangsa yang adil. Persatuan Indonesia harus mampu menanamkan
pemikiran terbuka dan pandangan jauh bagi bangsa Indonesia, sebab hanya mereka
yang berpandangan jauh dan berpikiran terbuka yang dapat mendukung aspirasi ke
arah internasionalisme maupun globalisme.
Persatuan Indonesia seperti ini, akan mengantar
rakyat Indonesia memiliki kebanggaan yang tulus tentang identitas mereka
sebagai warga negara maupun warga dunia. Pandangan dan sikap seperti ini tidak
akan melenyapkan ciri-ciri unggul suatu bangsa, malahan akan dapat memantapkan
ciri-ciri unik sebuah masyarakat bangsa, yakni masyarakat bangsa yang sadar
terhadap tanggung jawab global, bersatu dalam mewujudkan persatuan universal,
masing-masing menyumbangkan keistimewaannya.
Persatuan Indonesia seperti ini akan mampu
menyingkirkan permusuhan internal bangsa, sebab pencapaiannya tidak melalui
kekuatan militer, melainkan melalui tuntutan ilmu, dan peradaban yang membudaya
dalam kehidupan masyarakat. Persatuan Indonesia yang berpegang pada prinsip
bahwa kemajuan kebudayaan dapat menyamai nilai-nilai universal, sehingga dapat
menjadi kekuatan yang dapat mengangkat harkat martabat rakyat untuk menjadi
warga negara dan seterusnya warga dunia yang baik.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Suatu landasan yang harus mampu mengantar kepada
prinsip-prinsip republikanisme, populisme, rasionalisme, demokratisme, dan
reformisme yang diperteguh oleh semangat keterbukaan, dan usaha ke arah
kerakyatan universal. Prinsip-prinsip kerakyatan seperti ini, harus menjadi cita-cita
utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia menyadari potensi mereka dalam dunia
modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri,
walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan
pembaharuan.
Yakni kerakyatan yang selalu memberi nafas baru
kepada bangsa dan negara dalam menciptakan suatu kehidupan yang penuh
persaingan sehat.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh pendidikan yang mumpuni. Sebab pendidikan
merupakan prasyarat untuk menyatukan rohaniah. Pendidikan adalah tonggak utama
makna daripada hikmah kebijaksanaan. Hikmah kebijaksanaan atau pendidikan akan
mewarnai kerakyatan yang penuh harmoni, toleransi dan damai, jauh daripada
sikap radikalisme apa lagi terorisme.
Hikmah kebijaksanaan atau pendidikan, mampu
menciptakan interaksi dan rangsangan interdependensi antar manusia dalam
lingkungan bangsa yang multikultural dan majemuk. Sebab manusia berpendidikan
akan selalu menghormati suatu proses dalam segala hal. Hikmah kebijaksanaan
atau pendidikan menjadi pedoman kerakyatan, sebab ia merupakan cara yang paling
lurus dan pasti, menuju ke arah harmoni, toleransi dan damai.
Pendidikanlah yang memungkinkan kita selaku
rakyat suatu bangsa dapat bersikap toleran atas wujud kemajemukan bangsa.
Hikmah kebijaksanaan menampilkan rakyat berfikir pada tahap yang lebih tinggi
sebagai bangsa, dan membebaskan diri daripada belenggu pemikiran berazaskan
kelompok dan aliran tertentu yang sempit. Karenanya, membangun hikmah
kebijaksanaan adalah membangun pendidikan, dan itulah hakekat membangun
kerakyatan yang berperadaban yang kaya akan kebudayaan, yakni kerakyatan yang
terhindar dari saling curiga dan permusuhan.
Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial
Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia adalah merupakan tujuan dari cita-cita bernegara dan
berbangsa, menyangkut keilmuan, keikhlasan pemikiran, kelapangan hati,
peradaban, kesejahteraan keluarga, keadilan masyarakat dan kedamaian. Itu semua
bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik yang setiap
anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta
belajar hidup pada kemampuan aslinya. Dengan mewujudkan segala usaha yang
berarti yang diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan
peningkatan kualitas rakyat, sehingga memiliki pendirian dan moral yang tegas.
Mewujudkan suatu keadilan sosial, juga berarti
mewujudkan azas masyarakat yang stabil yang ditumbuhkan oleh warga masyarakat
itu sendiri, mengarah pada terciptanya suatu sistem teratur yang menyeluruh
melalui penyempurnaan pribadi anggota masyarakat, sehingga wujud suatu cara
yang benar bagi setiap individu untuk membawa diri dan suatu cara yang benar
untuk memperlakukan orang lain. Karenanya, mewujudkan suatu keadilan harus
menjadi suatu gerakan kemanusiaan yang serius, dan sungguh-sungguh dilakukan
oleh rakyat, dengan metoda dan pengorganisasian yang jitu sehingga tujuan mulia
ini tidak berbalik menjadi paradoks dan kontradiktif yakni menjadi gerakan
pemerkosaan terhadap nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.